
Status Awas: Langkah Penting Menghadapi Erupsi Gunung Semeru di Lumajang
Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali menunjukkan peningkatan aktivitas pada Rabu (19/11/2025) pukul 14.13 WIB. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kemudian menaikkan status menjadi Level IV – Awas, level tertinggi dalam sistem peringatan gunung api Indonesia.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa erupsi kali ini memicu serangkaian awan panas guguran dengan amplitudo maksimal mencapai 37 mm. Walau kondisi visual sempat terhalang kabut, data kegempaan menunjukkan peningkatan signifikan pada aktivitas guguran, letusan, dan harmonic—indikasi bahwa suplai material dari kedalaman masih berlangsung aktif.
Sebagian besar guguran terpantau mengarah ke sektor tenggara melalui jalur Sungai Besuk Kobokan, yang selama ini menjadi jalur aliran material vulkanik Semeru.
Dampak di Lapangan: Tiga Desa Sudah Terdampak
BNPB melalui Pusdalops melaporkan sedikitnya tiga desa telah merasakan dampak langsung erupsi, yaitu:
Supit Urang (Pronojiwo)
Oro-Oro Ombo (Pronojiwo)
Penanggal (Candipuro)
Sebanyak 300 warga telah mengungsi sementara waktu, dengan persebaran:
200 orang di Balai Desa Oro-Oro Ombo
100 orang di SDN 2 Supiturang
Evakuasi cepat dilakukan untuk menghindari paparan awan panas, aliran lahar, maupun material vulkanik lain yang masih mungkin terjadi.
Instruksi Resmi PVMBG bagi Masyarakat
Dengan naiknya status menjadi Awas, PVMBG mengeluarkan sejumlah batasan aktivitas wajib:
Warga dilarang berada di sektor tenggara sepanjang Sungai Besuk Kobokan hingga 20 km dari puncak.
Pada area di luar zona tersebut, aktivitas tetap tidak diperbolehkan dalam jarak 500 meter dari tepi sungai.
Seluruh kegiatan dalam radius 8 km dari kawah harus dihentikan karena risiko lontaran material pijar.
Imbauan ini penting dipatuhi mengingat potensi bahaya Semeru tidak hanya berupa letusan, namun juga aliran lahar yang dapat bergerak cepat saat hujan.
Panduan Keselamatan Menghadapi Erupsi Gunung Api
Berikut panduan ringkas yang dapat membantu masyarakat menghadapi situasi darurat seperti erupsi Semeru.
1. Sebelum Bencana: Siapkan Diri dan Keluarga
Berada di zona rawan erupsi berarti kesiapsiagaan harus dilakukan bahkan sebelum bencana terjadi. Hal yang perlu dilakukan:
Selalu mengikuti laporan dan analisis resmi dari PVMBG.
Menyediakan perlengkapan dasar seperti masker, kacamata pelindung, senter, air minum, obat-obatan, dan uang tunai.
Mengetahui jalur evakuasi terdekat dan mempelajari lebih dari satu opsi jika kondisi berubah.
Menyusun rencana evakuasi keluarga, termasuk titik kumpul jika terpisah.
Semakin cepat langkah diambil sebelum erupsi besar terjadi, semakin kecil risiko kerugian dan korban.
2. Saat Erupsi Terjadi: Prioritaskan Keselamatan
Ketika aktivitas gunung meningkat dan letusan terjadi, lakukan hal berikut:
Segera menuju shelter atau titik evakuasi resmi yang dinyatakan aman.
Gunakan masker dan pelindung mata untuk mencegah paparan debu vulkanik yang bisa menyebabkan gangguan pernapasan.
Selalu mengikuti instruksi dari petugas dan sumber resmi, bukan kabar tidak jelas yang berpotensi menimbulkan kepanikan.
Ketepatan keputusan saat fase ini menentukan keselamatan diri dan keluarga.
3. Setelah Erupsi Mereda: Tetap Waspada
Bencana tidak otomatis selesai saat letusan mereda. Yang tetap harus dilakukan:
Jika masih berada di pengungsian, pastikan kebutuhan dasar terpenuhi dan anak-anak mendapat dukungan emosional.
Kenakan masker dan pelindung mata saat kembali ke daerah terdampak abu.
Terus memantau informasi dari pemerintah setempat untuk mengetahui perkembangan terbaru.
Waspadai bencana susulan seperti lahar hujan, terutama di sekitar aliran sungai.
Kenali tanda-tanda kenaikan debit air sungai—air yang tiba-tiba keruh dan berbunyi gemuruh adalah peringatan alam yang tidak boleh diabaikan.
Sumber Referensi
Kompas.com
Suara.com