
Warga Gak Ikut Rapat Bukan Karena Malas, Tapi Gak Merasa Punya Suara
Dalam banyak lingkungan RT, rapat sering hanya dihadiri pengurus dan segelintir warga yang itu-itu saja. Lalu muncul kesimpulan umum: "Warga kita memang kurang peduli."
Padahal, realitasnya jauh lebih dalam. Banyak warga yang sebenarnya ingin tahu, ingin terlibat, tapi merasa bahwa suaranya tidak akan dihitung. Rasa tidak relevan dan tidak didengar adalah alasan utama kenapa mereka memilih absen.
1. Warga Gak Malas, Mereka Merasa Tidak Punya Ruang
Kalau datang ke rapat hanya untuk mendengarkan laporan sepihak, lalu keputusan sudah ditentukan tanpa diskusi terbuka, tentu tidak semua orang merasa perlu hadir. Rapat RT seharusnya bukan ruang seremonial, tapi forum kolaborasi yang memberi tempat untuk setiap suara warga.
Tanpa rasa kepemilikan, tidak ada keterlibatan. Dan tanpa keterlibatan, partisipasi akan terus rendah, meskipun pengurus sudah kirim undangan berulang kali.
2. Transparansi Bukan Cuma Formalitas
Warga akan peduli kalau mereka tahu informasi penting bisa diakses kapan saja. Misalnya, laporan penggunaan kas RT, agenda kegiatan, atau detail keputusan yang akan dibahas.
Ketika informasi semacam ini tertutup atau hanya diumumkan mendadak saat rapat, wajar jika warga memilih pasif. Tapi kalau aksesnya dibuka sejak awal secara transparan, akan muncul rasa percaya yang jadi fondasi partisipasi.
3. Digitalisasi Bukan Gaya-Gayaan, Tapi Kebutuhan
Cara warga menerima informasi sudah berubah. Notifikasi digital lebih cepat dibaca dibanding pengumuman tempel atau selebaran kertas.
Dengan bantuan KumpulPay, pengurus RT bisa mengirim update kas, laporan iuran, dan agenda rapat secara instan ke HP warga. Semakin mudah informasinya diakses, semakin besar peluang warga untuk merasa terlibat sejak awal, bahkan sebelum rapat dimulai.
4. Ajak Bicara, Bukan Hanya Mengundang Hadir
Partisipasi dimulai dari komunikasi dua arah. Jika warga diberi ruang untuk menyampaikan saran sebelum rapat, mereka akan lebih merasa memiliki prosesnya.
Fitur seperti polling online, kolom komentar, atau formulir digital bisa membantu menjaring suara warga lebih luas. Saat rapat tiba, diskusi jadi lebih bermakna karena warga sudah merasa dilibatkan lebih dulu.
Kesimpulan
Warga tidak hadir bukan karena mereka tidak peduli. Mereka hanya belum diberi ruang untuk benar-benar merasa punya suara.
Dengan membangun komunikasi yang transparan, memanfaatkan teknologi digital, dan membuka ruang partisipasi sejak awal, pengurus RT bisa membalikkan situasi. Bukan hanya sekadar menghadirkan warga di kursi rapat, tapi menghadirkan mereka dalam proses pengambilan keputusan.
KumpulPay hadir untuk mempermudah langkah ini. Karena gotong royong tidak cukup dengan undangan, tapi harus dimulai dari rasa memiliki.